Jumat, 13 Juni 2014

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Semua wanita hamil beresiko komplikasi obstetri. Komplikasi yang mengancam jiwa kebanyakan terjadi selama persalinan, dan ini semua tidak dapat diprediksi. Prenatal screening tidak mengidentifikasi semua wanita yang akan mengembangkan komplikasi (Rooks, Winikoff, dan Bruce 1990).
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik).  Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektipok terganggu.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat di hadapi oleh setiap dokter , karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Tidak jarang yang menghadapi penderita untuk pertama kali adalah dokter umum atau dokter ahli lainnya, maka dari itu, perlu di ketahui oleh setiap dokter klinik kehamilan ektopik terganggu serta diagnosis diferensialnya. Hal yang perlu di ingat ialah, bahwa setiap pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu di fikirkan kehamilan ektopik terganggu.
Oleh karena itu seorang tenaga medis harus mampu untuk menangani bebagai kasus kegawatdaruratan pada ibu hamil salah satunya yaitu kehamilan ektopik. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan menbahas lebih lanjut mengenai  konsep penanganan dan penatalaksaan  kehamilan ektopik pada ibu hamil trimester I.

B.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apakah definisi kehamilan ektopik terganggu ?
2.      Apa sajakah tanda / gejala kehamilan ektopik terganggu ?
3.      Apa sajakah klasifikasi kehamilan ektopik terganggu ?
4.      Apakah etiologi kehamilan ektopik terganggu ?
5.      Apa sajakah perubahan pada uterus ?
6.      Apakah diagnose dan gejala gejala klinik ?
7.      Apakah diagnosis banding kehamilan ektopik terganggu ?
8.      Bagaimanakah penanganan kehamilan ektopik terganggu ?


C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui apakah definisi kehamilan ektopik terganggu.
2.      Untuk mengetahui apa sajakah tanda / gejala kehamilan ektopik terganggu.
3.      Untuk mengetahui apa sajakah klasifikasi kehamilan ektopik terganggu.
4.      Untuk mengetahui apakah etiologi kehamilan ektopik terganggu.
5.      Untuk mengetahui apa sajakah perubahan pada uterus.
6.      Untuk mengetahui apakah diagnose dan gejala gejala klinik.
7.      Untutk mengetahui apakah diagnosis banding kehamilan ektopik terganggu.
8.      Untutk mengetahui bagaimanakah penanganan kehamilan ektopik terganggu.


 BAB II
PEMBAHASAN

A.   Definisi
            Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri ( PB POGI, 1991 ).
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi dimana telur yang telah dibuahi berimplantasi diluar endometrium kavum uteri. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang yang berimplantasi di ovarium, perut, kanalis servikalis uteri, kornu uterus yang rudimenter dan di ventrikel pada uterus ( Rachimhadi T, 1999 ).
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang dapat terjadi abortus atau pecah, dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut.

 


Gambar 1. Kehamilan dalam saluran telur dan tuba falopi

B.    Tanda / Gejala
1.      Ada riwayat terlambat haid, dan gejala kehamilan muda
2.      Akut abdomen, terutama nyeri perut kanan/ kiri bawah
3.      Perdarahan pervaginam ( dapat juga tidak ada )
4.      Keadaan umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung beratnya perdarahan
5.      Keadaan disertai febris

C.    Klasifikasi
Berdasarkan implentasinya, terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik, yaitu :
1.      Kehamilan servikal
a)      Kehamilan jenis ini jarang terjadi
b)      Implantasi terjadi di serviks
c)      Dapat terjadi perdarahan tanpa disertai nyeri
d)     Kemungkinan terjadinya abortus spontan sangat besar
e)      Jika kehamilan tumbuh sampai besar
f)       Perdarahan / ruptur yang terjadi sangat berat sehingga diperlukan tindakan histerektomi total.

2.      Kehamilan ovarial
Kehamilan ovarial ditegakan atas dasar Spiegelberg, meliputi :
a)      Tuba pada sisi kehamilan harus normal
b)      Kantung janin harus terletak dalam ovarium
c)      Kantung janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovari proprium
d)     Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding.
3.      Kehamilan tuba
Pada kehamilan ini dapat terjadi dua proses yaitu abortus tuba dan ruptur tuba.
a)      Pada abortus tuba, implantasi terjadi ampula tubbae, implantasi telur tertanam secara kollumner sehingga mudah menembus ‘ decidua capsularis’, sehingga mengakibatkan terjadinya timbulnya perdarhan dalam cavum dogles yang disebut Haematocele retro uterine dan bila kondisinya diperberat oleh adanya perlengketan didaerah tuba maka akan menyebabkan terbentuknya haematosalpinx.
b)      Pada ruptur tuba, implantasi terjadi di istmus tuba, implantasi telur bersifat intercolummner, sehingga mengakibatkan zigot menembus dinding tuba kearah rongga perut. Hal ini mengakibatkan ruptur istmus dan perpindahan implantasi ke abdomen yang disebut denga  kehamilan ektopik abdomen sekunder.

4.      Kehamilan abdomen
Kehamilan ini bisa terjadi dari mulai proses implantasi dapat pula sebagai bentuk peralihan dari kehamilan ektopik sebelumnya.
Kehamilan ektopik abdomen dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu :
a)      Kehamilan ektopik primer ( dari awal berimplantasi di abdomen )
b)      Kehamilan ektopik sekunder ( peralihan dari implantasi KET sebelumnya yang terjadi sebagai akibat proses ruptur tuba ).

D.   Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak atau belum diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik :
1.      Faktor uterus
a)      Tumor rahim yang menekan tuba
b)      Uterus hipoplastis
2.      Faktor tuba
a)      Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endoserviks
b)      Tuba sempit, panjang dan berlekuk – lekuk
c)      Gangguan fungsi rambut getar ( silia tuba )
d)     Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna
e)      Endometriosis tuba
f)       Struktur tuba
g)      Divertikel tuba dan kelainan kongenital lainnya
h)     Perlekatan peritubal dan lekukan tuba
i)       Tumor lain menekan tuba
j)        Lumen kembar dan sempit
3.      Faktor ovum
a)      Migrasi eksterna dari ovum
b)      Perlekatan membranan granulosa
c)      Rapid cell devision
d)     Migrasi internal ovum
4.      Kehamilan tuba
Dinding tuba merupakan lapisan luar dan kapsularis yang merupakan lapisan dalam dari hasil konsepsi. Karena tuba tidak dan bukan merupakan tempat normal bagi kehamilan maka sebagian besar kehamilan tuba akan terganggu pada umur 6 – 10 minggu kehamilan. Dan nasib dari hasil konsepsi bisa :
a)      Mati dan kemudian diresorbsi
b)      Terjadi abortus tuba ( 65 % ), ibu mengalami keguguran dan hasil konsepsi terlepas dan dinding tuba kemudian terjadi perdarahan yang bisa sedikit atau banyak. Hasil konsepsi dan perdarahan bisa keluar ke arah kavum uteri dan dikeluarkan pervaginam, atau keluar ke arah kavum abdominal sehingga bertumpuk dibelakang rahim disebut hematoma retrouterina atau juga massa pelvis ( pelvic mass ).
c)      Terjadi ruptur tuba ( 35 % ) bila robekan kecil maka hasil konsepsi tetap tinggal dalam tuba, sedangkan dan robekan terjadi perdarahan yang banyak. Bila robekan besar, maka hasil konsepsi keluar dan masuk dalam rongga perut. Nasib hasil konsepsi ini bisa :
1)      Mati dan bersama darah berkumpul di retrouterina
2)      Bila janin agak besar dan mati akan menjadi litopedion dalam rongga perut, atau
3)      Janin keluar dari tuba diselubungi kantong amnion dan plasenta yang utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut dan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Plasenta akan melebar mencari kebutuhan makananjanin pada usus, ligamentum latum, dan organ – organ disekitarnya. Selanjutnya janin dapat tumbuh terus bahakan sampai aterm.
5.      Kehamilan intamuraiis ( interstisial )
Karena dinding agak tebal, dapat menahan kehamilan sampai 4 bulan atau lebih, kadang kala sampai aterm. Kalau pecah dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan keluarnya janin dalam rongga perut.
6.      Kehamilan isthmus
Dinding tuba disini lebih tipis, biasanya pada kehamilan 2 -3 bulan sudah pecah.
7.      Kehamilan ampuia dan fimbria
Dapat terjadi abortus atau ruptur pada kehamilan 1 -2 bulan dan nasib hasil konsepsi sama seperti yang dibicarakan di atas.

E.    Perubahan pada uterus
Hormon – hormon kehamilan akan memberikan reaksi pada uterus seperti pada kehamilan biasa. Maka tetap ditemui uterus yang bertambah besar dari biasa serta melunak , suplai darah yang bertambah, dan terbentuknya desidua.
Bila hasil kosepsi dalam tuba mati, maka desidua mengalami degenerasi, terkelupas, dan berdarah kemudian keluarpervaginaan yang disebutdecidual cast. Bilagejala lain tidakada, seringwanitadisangkakeguguran, bahkandilakukankurates.
Gambar 2. Kehamilan ektopik

Gambar 3. Kehamilan ektopik

F.     Diagnose dan Gejala gejala Klinik
1.      Anamnesis :
Terjadi amenore, yaitu haid terlamba tmulai beberapa hari sampai beberapa bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil muda dan gejal ahamil lain.
2.      Bila terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET)
a.      Pada abortus tuba keluhan dan gejala kemungkinan tidak begitu berat, hanya rasa sakit diperut dan perdarahan pervaginaan. Hal ini dapat dikacaukan dengan abortus biasa
b.      Bila terjadi rupture tuba maka gejala akan lebih hebat dan dapat membahayakan jiwa si ibu
3.      Perasaan nyeri dan rasa sakit yang tiba-tiba diperilaku seperti diri dengan pisau disertai muntah dan bisa jatuh pingsan.
4.      Tanda tanda akut abdomen : nyeri tekan yang hebat (defencemusculair), muntah, gelisah, pucat, anemis, nadi kecil dan tensi rendah atau tidak terukur (syok).
5.      Nyeri bahu : karena perangsangan diafragma
6.      Tanda Cullen : sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam
7.      Pada pemeriksaan ginekologi ( periksa dalam ) terdapat :
a.      Adanya nyeri ayun : dengan menggerakkan porsio dan serviks bukan merasa sakit yang sangat
b.      Douglas crise : rasa nyeri hebat pada penekanan kavum douglasi
c.      Cafum douglasiterap : menonjol karena terkumpulnya darah,  begitu pula teraba massa retrouterin ( massa pelvis )
8.      Pervaginam keluar decidual cast
9.      Pada palpasi perut dan pada perkusi : ada tanda tanda perdarahan intra abdominal (shifting dillness)
10.  Pemeriksaanlaboraturium :
-          Pemeriksaan hemoglobin serisetiap 1 jam menunjukkan penurunan kadar Hb;
-          Adanya lekositosis
11.  Kuldosintesis (douglasfungsi) :
a.      Untuk mengetahui adakah darah dalam kavum douglasi
b.      Bila keluar darah tuaber warna  coklat sampai hitam yang tidak membeku atau hanya berupa bekuan-bekuan kecil diatas kain kassa makahal ini dikatakan positif pribrinasi dan menunjukkan adanya hematoma retrouterina;
c.      Bila darah segar berwarna merah dan dalam beberapa menu membeku; hasil negative karena darah ini berasal dan arteri atau vena yang karena rusak.
12.  Dengan cara diagnostic laporoskopik
13.  Dengan cara USG
Gejala ini bervari asi menurut waktuk apa menderita kita lihat atau periksa, sebelum, sewaktu,  atau sesudah terjadinya rupture
1.      Sebelum terganggu
Tanda-tanda hamil muda, sedikit sakit pada perut, rasa tidak enak pada perabaan dan biasanya diagnosis sukar ditegakkan. Rasa tidak enak ini menyebabkan ibu pergi kedukun dapat terjadi rupture.
2.      Sewaktu terganggu (rupture)
Rasa sakit tiba-tiba pada sebelah perut, sakit ini sifatnya seperti diiris dengan pisau, dan terjadi perdarahan dengan akibat-akibatnya. Terjadi gejala akut abdomen, jadi diagnosis mudah ditegakkan
3.      Setelah rupture
Diagnosis lebih mudah dengan adanya tanda-tanda akut dan abdomen pendarahan. Bila penderita baru datang kerumah sakit setelah beberapa waktu, maka tanda-tanda di atas masih ada tetapi kurang jelas. Yang kita dapati adalah tumor dibelakang rahim, yang disebut pelvic mass.

Gejala
KET
Abortus
Kistaovarium
Infeksi pelvis
Amenofera
Ada (75%)
Semua
Tidakada
Ada (25%)
Pendarahan vaginal
Sedikit
Banyak
Tidakada
Bias ada
Pendarahan abdominal
Banyak
Tidak
Tidak
Tidak
Pireksia
Dibawah 380 C
Tidak
Tidak
Diatas 380C
Massa pelvis
Dibawah
Tidak
Ada
Ada bilateral
Ufenis
Sedikitmembesar
Membesar
Tidak
Tidakbesar
Nyeri
Hebat
Tidak
Hebat
Nyeri
Anemi
Ada
Bias ada
Tidak
Tidak
Lekositosis
Bias ada
Tidak
Tidak
Ada (diatas 20.000)
Reaksikehamilan
(+) 75 %
(+)
Tidak
Tidak
Shifting dullness
Ada
Tidak
Tidak
Tidak

G.   Diagnosis Banding
1.      Abortus imminens
2.      Penyakit radang panggul (akut dan kronik )
3.      Torsi kista ovari

H.   Penanganan
1.      Penderita yang disangka KET harus dirawat inap dirumah sakit untuk penanggulangannya,
2.      Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki keadaanumumnya dengan pemberiancairan yang cukup (dekstrosa 5%, glukosa 5%, garamfisiologis) dantranfusidarah
3.      Setelah diagnose jelas atau sangat disangka KET, dan keadaan umum baik atau lumayan, segera lakukan laporotomi untuk menghilangkan sumber perdarahan, :dicari, diklem, dieksisi sebersih mungkin (salpingektomi), kemudian diikat sebaik-baiknya.
4.      Sisa-sisa darah dibersihkan dan dikeluarkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat.
5.      Berikan anti biotik yang cukup dan obat anti onflamasi
Komplikasi yang mungkin terjadi
a.      Pada pengobatan konsenratif, yaitu bila ruftur tuba telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi pendarahan ulang (recurrent bleeding). Ini merupakan indikasi operasi .
b.      Infeksi
c.      Sub ileus karena masa pelvis
d.     Sterilitas
       Prognosis
Kematian karena KET cenderung menurun dengan diagnosis dini dan fasilitas daerah yang  cukup. Di RS. Pirngadi medan selama 1979- 1981 dari 78 KET angka kematian ibu adalah nihil ( Daeng, 1982): sastrawinata melaporkan angka kematian ibu 1,9%:pohan 7,2% sjahid dan martohoesodo (1970) sebanyak 2 dari 120 kasus : tardjmin (1973) 4 dari 138 kasus.
Hanya 60% dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14, 6% kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi – lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu ( KET ) merujuk pada keadaan dimana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.

B.    Saran
Perinulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan , oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dalam pembuatan makalah ini kami tidak luput dari kesalahan.
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.

 DAFTAR PUSTAKA

Dewi Pudiastuti, Ratna. 2012. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal & Patologi. Jakarta : NuhaMedika
Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta : TIM
Maryunani, Anik, dkk. 2009. Iasuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan. Jakarta : TIM
Sarwono.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar