Jumat, 13 Juni 2014

Hipertermi


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertermi pada neonatus  merupakan kejadian umum di seluruh dunia. Di rumah sakit Ethiopia, 67% bayi dengan berat badan lahir rendah dan beresiko tinggi dari luar rumah sakit yang dimasukkan ke dalam unit perawatan khusus adalah bayi yang hipotermia. Sama halnya dengan India, angka kematian karena hipertermia dan hipotermia mencapai dua kali lipat angka kematian bayi yang tidak mengalaminya.
Menurut data dari organisasi kesehatan dunia ( WHO ), pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembanga. Lebih dari 2/3 kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena berat badan lahir <2500 gram. Menurut WHO, 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah BLBR dan hampir semuanya terjadi pada negara berkembang.

Sekelompok peneliti dari Inggris yang tergabung dalam Department International Development pernah melakukan penelitian terhadap 10.946 bayi pada tahun 2004. Sekitar bulan setiap tahun 2006 lalu, ditemukan bahwa bayi normal yang langsung diletakkan di dada ibunya minimal 30 menit, pada usia 20 menit dan akan merangkak sendiri ke payudara ibu. Sementara itu, pada usia 50 menit, dengan susah payah dia akan merangkak dan menemukan puting susu ibunya untuk menyusu.  Sejalan dengan penelitian tersebut, para dokter Eropa dan Amerika Serikat kini giat mengkampanyekan pemberian asi pada bayi baru lahir , proses tersebut dinamakan inisiasi dini. Bahkan Dr. Utami Roesli, dokter spesialis anak dan aktivis ASI berpendapat apabila inisiasi dini didukung oleh semua pihak terkait, termasuk tenaga kesehatan , kemungkinan akan mampu mencegah kematian bayi sebelum usia 28 hari.

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini, yaitu:
1.    Apakah yang dimaksud dengan hypertermi?
2.    Apa penyebab dari hypertermi?
3.    Bagaimana patofisiologi terjadinya hypertermi?
4.    Apa saja tanda dan gejala dari hypertermi?
5.    Apa saja klasifikasi dari hypertermi?
6.    Bagaimana penanganan dan pengobatan dari hypertermi?


C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalahini, yaitu:
1.    Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hypertermi.
2.    Untuk mengetahui apa penyebab dari hypertermi.
3.    Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya hypertermi.
4.    Untuk mengetahu tanda dan gejala dari hypertermi.
5.    Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari hypertermi.
6.    Untuk mengetahui cara penanganan dan pengobatan dari hypertermi.







 BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1.    Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ke tidak kemampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
2.    Hipertermia adalah suatu peningkatan suhu dalam tubuh disebabkan oleh suatu gangguan dalam mekanisme pengatur panas.
3.    Hypertermia adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC.
4.    Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).

B.  Etiologi
1.    Bayi berada di lingkungan yang panas
2.    Terpapar sinar matahari
3.    Berada di inkubator atau di bawah pemancar panas

C. Patofisiologi
Hipertermi disebabkan karena adanya vasodilatif (pelebaran pembulu darah) aktif pembulu darah yang menyebabkan aliran darah melalui kulit lengan bawah dan batang tubuh bertambah 3x lipat sehingga menyebabkan suhu tubuh akan meningkat atau berlebihan. Hal ini menyebabkan jumlah  implus simpatis sangat berkurang anatomis tersebut berdilatasi dan memungkinkan jumlah besar darah hangat mengalir ke dalam fleksus verosus sehingga mengakibatkan peningkatan pengeluaran panas dari dalam tubuh. Pusat pengaturan suhu tubuh terletak di hipotalamus di mana terdapat suatu pusat kecil yang mengatur suhu tubuh yang disebutpreoptik hipotalamus anterior. Pemanasan daerah ini menyebabkan vsodilatif/vasokoktriksi pembulu darah tubuh.
Pada hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang disebabkan oleh peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan mekanisme pelepasan panas. Hipertermia antara lain dijumpai pada heat stroke (tersengat panasnya udara lingkungan), aktivitas fisik yang berlebihan pada cuaca panas serta dikarenakan efek dari beberapa jenis obat-obatan seperti ekstasi.


D. Tanda dan Gejala
1.    Suhu badan tinggi >37,5 ˚C
2.    Tanda dehidrasi (elastisitas kuli menurun, mata dan ubun-ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering).
3.    Terasa kehausan
4.    Anoreksia (tidak selera makan)
5.    Denyut jantung > 160 kali/menit
6.    Frekuensi nafas > 60 kali/menit
7.    Letargi

E.  Klasifikasi Hipertermia
1.    Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
a.    Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.
b.   Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
c.   Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit).
2.    Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
a.    Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh:
1)     Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.
2)    Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
3)     Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C.
4)    Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang  bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,50 C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
5)    Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan).
Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 410C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
6)     Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup. Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.

F.  Tindakan atau pengobatan
Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan:
1.    Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25˚C-28˚C).
2.    Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu.
3.    Periksa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal.
4.    Bila suhu snagat tinggi, bayi di kompres atau di mandikan selama 10-15 menit dalam air yang suhu 4˚C lebih rendah dari suhu tubuh bayi.


Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau inkubator
1.    Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam inkubator, buka inkubator samapai suhu dalam batas normal.
2.    Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian.
3.    Beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan.
4.    Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal.
5.    Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan pengatur suhu.
6.    Manajemen lanjutan suhu lebih 37,5˚ C.
7.    Yakinkan bayi mendapatkan masukan cukup cairan.
8.    Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat menyusui beri ASI peras dengan salah satu alternatif cara pemberian minum.
9.    Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani dehidrasinya.
10. Periksa kadar glukosa darah, bila kurang 45 mg/dl (2,6 mmol/l) tangani hipoglikemia.
11.  Cari tanda sepsis sekarang dan ulangi leagi bila suhu tubuh mencapai batas normal.
Setelah suhu bayi normal:
1.    Lakukan perawatan lanjut
2.    Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu badanya setiap 3 jam.
3.    Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat diberi minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan, nasehati ibu cara penghangatan bayi dirumah dan melindungi dari pancaran panas yang berlebihan.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik). Penyebab dari hipertermi ialah bayi berada di lingkungan yang panas, terpapar sinar matahari, berada di inkubator atau di bawah pemancar panas. Oleh karena itu, hipertermi harus mendapatkan penagnan yang tepat.

B.  Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dalam pembuatan makalah ini kami tidak luput dari kesalahan.Dan semoga sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.



DAFTAR PUSTAKA

Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sudarti dan Afroh Fauziah. 2013. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
http://www.docstoc.com/docs/160545007/LAPORAN-PENDAHULUAN-PADA-PASIEN-DENGAN-HIPERTERMI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar